Menyesap Cerita di Telisik Coffee: Kopi, Dimsum, dan Suasana yang Bikin Betah

TASIKNET – Memasuki Telisik Coffee di Tasikmalaya, pengunjung langsung disambut aroma hangat kopi yang menguar dari barista. Lantunan musik akustik lembut berpadu dengan alunan percakapan santai, menciptakan atmosfer seperti kedai milik teman lama—ramah, tenang, dan penuh kehangatan.

Seorang pengunjung, Yulianto, bercerita bahwa saat pertama kali mampir di sore hari, ia merasa “seperti kembali ke rumah”, ditemani sajian es kopi susu dan dimsum hangat. Interiornya menampilkan dekor modern minimalis dengan sentuhan kayu mura, pajangan botol sirup vintage, serta dinding putih dilukisi quote motivasional—kesederhanaan yang elegan.

Telisik Coffee lahir sebagai perluasan usaha lokal, menggaet pelanggan pencinta kopi dan dimsum sejak berdiri. Menu andalannya seperti Es Kopi Susu Telisik (Rp 23.000), Kopi V60 (Rp 25.000), hingga Kopi Japanese (Rp 27.000) meraih rating tinggi—lebih dari 300 ulasan menyatakan “rasa enak dan porsi pas”.

Selain kopi, dimsum jajanan hangat pun banyak dipuji pengunjung. Banyak pelajar dan pekerja kreatif yang menjadikan Telisik sebagai coworking spot alternatif: “Lokasinya tidak di pusat keramaian, tapi nyaman dan punya sinyal Wi‑Fi stabil”—kata Diana, mahasiswa seni rupa yang sering mengerjakan tugas kuliahnya di sana.

Telisik berdiri di kawasan Bebedahan, Tawang, sekitar 3 km dari pusat Kota Tasikmalaya, mudah dicapai lewat rute jalan utama yang kini makin baik kondisinya. Bila berangkat dari terminal Cilembang, cukup naik angkot jurusan Tawang lalu ojek online; total perjalanan kurang lebih 15 menit. Ruang parkir terbatas, jadi pengunjung disarankan datang pagi atau sore saat kedai baru buka. Waktu terbaik berkunjung adalah antara pukul 08.00–10.00 pagi atau 15.00–17.00 sore, karena saat itu suhu sejuk dan kedai belum terlalu ramai.

Tips dari warga lokal: selain coba Dimsum Mini dan Es Kopi Telisik Aren, cobalah kursi semi outdoor di pojok kedai—sering jadi spot favorit sekaligus Instagram-able untuk latar feed aesthetic. “Kalau ramai, pindah ke bagian belakang, tenang, bisa ngobrol nyaman dan view kedai kelihatan rapi,” ungkap Andi, pengunjung rutin. Penggemar kopi perekomendasi mencoba manual brew seperti V60, yang dianggap paling mencerminkan karakter biji lokal.

See also  Dari Gang Sempit ke Lidah Selebriti: Kisah Bubur Ayam H. Zaenal

Telisik Coffee tidak hanya tentang kopi dan suasana; ia menjadi wadah berkumpul komunitas sehari-hari, tempat berdiskusi ide kreatif, hingga lokasi santai menutup hari. Desain dekorasi sederhana—menggunakan kayu dan cat pualam—membuatnya terasa homey tapi tetap modern. Waktu terbaik untuk menikmati menu berat, seperti siomay dan bakpao, adalah saat makan siang ketika mereka baru selesai di steam: hangat sempurna dengan harga kisaran Rp 10–20 ribu per porsi.

Suasana sore di Telisik tak kalah istimewa. Matahari yang mulai turun menembus batang kayu pergola belakang, menciptakan bayangan artistik di meja kopi. Ketika langit mulai jingga, teras depan berubah jadi tempat sempurna menikmati momen dengan latte hangat. Bagi pencinta fotografi, area ini adalah spot favorit—cahaya pas, komposisi natural, dan suasana urban tropis yang khas Tasikmalaya.

Secara keseluruhan, Telisik Coffee menyajikan pengalaman kuliner yang menyatu antara kopi berkualitas, kudapan hangat, dan atmosfer yang memikat. Bukan hanya soal rasa, tapi juga cara menikmati waktu—sendiri atau bersama teman—dalam ruang yang terasa benar-benar ‘dimiliki’. Bagi siapa pun yang singgah di Tasikmalaya, Telisik bisa menjadi salah satu persinggahan berkesan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *