
TASIKNET – Kondisi memprihatinkan dialami SDN 5 Cikalongwetan yang berlokasi di Kampung Cipadali, Desa Cikalong, Kecamatan Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat. Dua ruang kelas di sekolah tersebut rusak parah dan tak bisa digunakan untuk kegiatan belajar mengajar, memaksa para siswa belajar di ruang perpustakaan yang sempit dan tak ideal.
Kerusakan ini terjadi tepat di awal tahun ajaran baru 2025/2026, bertepatan dengan masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) pada Senin (14/7/2025). Dua kelas terdampak adalah kelas IV dan kelas VI. “Ruangan kelas IV dan VI sudah tak layak digunakan. Siswa akhirnya dipindahkan ke perpustakaan,” kata Heni, S.Pd., Pelaksana Tugas Kepala Sekolah SDN 5 Cikalongwetan.
Plafon Runtuh, Siswa Terancam Bahaya Saat Belajar
Menurut Mamat Setia Permana, guru kelas VI, kerusakan bukan sekadar retakan, tapi juga menyangkut struktur bangunan. Bahkan, pada Juni 2025 lalu, siswa hampir tertimpa runtuhan plafon saat latihan menari di kelas IV. “Dua lembar plafon jatuh mendadak. Sejak itu, ruang kelas dikosongkan,” ujarnya.
Kondisi ini bukan kejadian baru. Mamat menjelaskan bahwa kerusakan pada bangunan sekolah sudah dilaporkan ke Dinas Pendidikan KBB sejak dua hingga tiga tahun lalu melalui Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S). Namun, hingga kini belum ada tindak lanjut nyata. Kerusakan diduga akibat pergerakan tanah, mengingat sejumlah tembok retak dan genting bergeser.
Kayu penyangga yang lapuk, atap bocor, dan plafon nyaris ambruk menambah kekhawatiran. Tak hanya ruang kelas IV, ruang kelas VI juga sudah tidak difungsikan. Solusinya, dua kelas tersebut digabung dalam satu ruang perpustakaan dengan sistem bergiliran mengajar dan belajar. Kadang, salah satu kelas dibawa keluar atau dipindahkan ke ruang UKS.
Krisis Ruang Kelas Ganggu Konsentrasi Siswa
Sistem belajar darurat ini jelas berdampak pada kenyamanan dan konsentrasi siswa. Mereka harus belajar dalam kondisi bergantian di ruangan sempit, tanpa ruang kelas yang memadai. “Konsentrasi siswa terganggu. Kelasnya tidak terpisah, anak-anak jadi kurang fokus,” ujar Mamat.
Pihak sekolah kini berupaya mencari solusi sementara, seperti menyatukan siswa kelas V dan VI agar kelas IV bisa menggunakan ruang kelas V. Langkah ini dilakukan demi menjaga keselamatan siswa dan mencegah insiden bangunan runtuh saat kegiatan belajar berlangsung. “Yang penting anak-anak bisa tetap belajar dengan aman,” pungkasnya.