Malam itu, suara jangkrik berpadu gemericik lampu jalan saat sekelompok sahabat melangkah memasuki Warung Tepi Rel di Jl. Cinehel, Bobojong, Kecamatan Indihiang, Tasikmalaya. Gerbang semiterbuka menghadap langsung ke jalur kereta api, menghadirkan sensasi unik—dua sosok gelap dari balik pepohonan bergeser keras, menandakan kereta akan lewat. Seketika, getaran ringan menyusup ke meja-meja kayu di area terbuka, ditemani desiran suara lokomotif dan gemuruh roda besi di rel. Itu bukan gangguan—melainkan panggilan yang tak terduga, menambah gairah kumpul santai di tepi rel.

Daya Tarik Utama
Sensasi tepi rel kereta api merupakan daya tarik utama Warung Tepi Rel—atau akrab disebut Wartel. Pengalaman ngopi dan makan sambil menyaksikan kereta melintas hanya berjarak beberapa meter menciptakan suasana yang penuh adrenalin ringan dan estetika unik.
Tak sekadar gimmick, ortamnya dirancang untuk memberi kenyamanan. Meja dan kursi kayu di area terbuka dipadu dengan pencahayaan temaram dan nuansa rustic, cocok untuk nongkrong santai hingga malam hari. Suara kereta menambah efek dramatis—kadang bikin jantung berdegup lebih kencang, tepat untuk mereka yang bosan suasana kedai biasa.
Menu lengkap dan ramah kantong menjadi nilai lebih. Kopi dimulai dari Kopi Tubruk Rp 13 ribu dan kreasi seperti Kopi Wartel, Kopi Cheese, hingga Kopi Lychee berkisar Rp 19–22 ribu. Alternatif non-kopi juga tersedia: lemon black, cokelat, teh, mocktail, jus buah hanya Rp 12–20 ribu.
Untuk pengganjal kenyang, pilihan makanan ringan dan berat disediakan: cimol, cireng, seblak, pangsit, bakso bakar, hingga nasi goreng dan bakmie—all antara Rp 12–20 ribu. Pisang bakar keju, pancake, brownies ice, ketan susu keju tambah memperkaya variasi.
Akses Menuju Lokasi
Warung Tepi Rel berada di Jl. Cinehel Kp. Bobojong, Panyingkiran, Indihiang, Tasikmalaya. Terletak di pinggir jalur rel, mudah ditemukan, namun area parkir terbatas—baik untuk mobil maupun motor.
Kuartir transportasi: ojek online dan angkutan kecil sering lewat, membantu akses pengunjung. Warung buka pukul 08.00 atau 09.00 hingga larut malam sekitar 22.30–23.00 . Nomor telepon lokal disediakan untuk reservasi atau pesan antar.
Waktu Terbaik untuk Berkunjung
- Pagi–siang (08.00–14.00)
Suara kereta masih sepi, cahaya pagi lembut menciptakan vibe santai. Ideal untuk sarapan ringan sambil menikmati kopi tubruk hangat. - Sore–awal malam (17.00–20.00)
Suasana romantis dengan lampu temaram, suara deru kereta yang mulai ramai, dan angkringan pinggir rel yang ramai jadi tontonan. - Malam larut (hingga 23.00)
Warung semakin hidup. Pencahayaan hangat menambah kesan cozy. Namun, tak cocok untuk me–time sebab cenderung ramai .
Hari kerja terlihat lebih santai, sedangkan akhir pekan dan malam cenderung penuh. Pengunjung disarankan datang pagi atau sore hari di hari kerja untuk kenyamanan maksimal.
Suasana & Fasilitas
Warung ini bergaya angkringan modern dengan meja kayu dan kursi sederhana, area outdoor dominan. Nuansa rustic dipadu lampu temaram menciptakan mood hangat saat gelap. Fasilitas standard: Wi‑Fi, toilet, dan area aman dari jarak kereta.
Pinggir rel dilengkapi pagar kayu kecil, serta pemilik memberi peringatan saat kereta mendekat, menjaga keselamatan pengunjung .
Menu & Kisaran Harga
- Kopi Tubruk: Rp 13 000
- Kopi signature (Wartel, Cheese, Lychee): Rp 19–22 000
- Lemon Black dan mocktail: ± Rp 20 000
- Cemilan (cimol, cireng, seblak, pangsit): Rp 12–20 000
- Pisang bakar keju, pancake: Rp 12–20 000
- Makanan berat (nasi goreng, bakmie, bakso bakar): Rp 15–20 000
Coffeeshop modern atau cafe mewah tak perlu—di sini pengunjung cukup bayar ratusan ribu untuk pengalaman berbeda: sensasi tepi rel plus berbagai menu lengkap.