Jam Malam untuk Pelajar Tasikmalaya: Solusi Keamanan atau Pembatasan?

Petugas Satpol PP Kota Tasikmalaya / RRI

TASIKNET – Wacana pembatasan aktivitas pelajar di malam hari tengah menjadi perbincangan di Kabupaten Tasikmalaya. Belum resmi diterapkan, namun gagasan ini digagas untuk menciptakan keamanan dan kedisiplinan generasi muda. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) setempat kini bergerak cepat, menyasar tatanan hukum, hingga menyiapkan enculturasi kebijakan—semua demi satu tujuan: menjaga anak-anak Tasik tetap aman, terutama saat malam tiba.

Sosialisasi: Fondasi Sebelum Regulasi

Kepala Disdikbud Kabupaten Tasikmalaya, Dadan Wardana, menegaskan bahwa pihaknya terus menyosialisasikan rencana jam malam kepada berbagai pihak—mulai dari sekolah, Polsek, Satpol PP, hingga masyarakat. “Sosialisasi sudah berkali-kali, kami optimistis pengawasan di lapangan bisa mencegah hal yang tidak diinginkan,” ujarnya. Pendekatan ini tak hanya dilakukan lewat surat edaran, melainkan juga dialog langsung untuk memastikan semua stakeholder paham dan siap berkolaborasi.

Monitoring rutin lewat patroli dan kegiatan lapangan pun menjadi kunci. Meski belum ada regulasi final, langkah-langkah nyata telah dijalankan sebagai tanda kesiapan dalam menerapkan jam malam.

Barak Militer: Metafora Disiplin Ekstra?

Gladi bagi ketegasan muncul dari gagasan yang cukup “menyeret napas”—penempatan pelajar di barak militer jika melanggar jam malam. Menurut Dadan, barak ini berfungsi sebagai sarana edukasi disiplin ekstrem, memberi pemahaman serius bahwa konsekuensi nyata menanti pelanggaran. Metafora barak militer ini bukan sekadar simbol; ia mewakili upaya menjalin ketegasan demi mengokohkan kedisiplinan dan efektivitas aturan.

Regulasi Final: Tunggu Siapkan Landasan Hukum

Dadan mengungkapkan, rancangan regulasi jam malam sudah memasuki tahap finalisasi hukum. Tinggal menunggu proses legal formal agar kebijakan ini menjadi payung hukum yang kuat dan berbobot. Langkah ini penting agar pelaksanaan di lapangan tidak dianggap main-main, melainkan dilakukan atas dasar aturan yang jelas dan berlaku.

See also  Saung Botram Biotirta Tasikmalaya: Tempat Makan Keluarga dengan Nuansa Pedesaan yang Menawan

Tragedi Jadi Pendorong Urgensi

Ironisnya, urgensi kebijakan ini muncul setelah insiden tragis yang menimpa seorang pelajar asal Singaparna pada dini hari. Tragedi tersebut memicu diskursus lebih intens: kapan generasi muda akan merasa aman keluar malam? Sehingga penerapan aturan jam malam bukan semata kewenangan, tapi urgensi moral dalam menjaga mereka dari bahaya fisik dan non-fisik.

Mengapa Jam Malam Jadi Solusi?

  1. Perlindungan fisik
    Jam malam memberikan batas aman pada remaja agar terhindar dari risiko kriminal atau kecelakaan malam.
  2. Meningkatkan kedisiplinan
    Rutinitas terukur, superior dalam membangun karakter, sekaligus sebagai latihan nyata tanggung jawab.
  3. Meneguhkan ikatan keluarga
    Malam menjadi waktu berbagi dan membangun keintiman keluarga, yang kian terganggu seiring kesibukan dini hari.
  4. Menguatkan peran komunitas
    Dengan pelibatan orang tua, RT/RW, hingga aparat desa, jam malam membangun budaya kolektif dalam menjaga anak.

Langkah Berikutnya: Siapa Bertanggung Jawab?

Proses ini melibatkan:

  • Dinas Pendidikan & Kebudayaan: memimpin sosialisasi dan rancangan regulasi.
  • Polsek & Satpol PP: memantau dan mengawasi pelaksanaan di lapangan.
  • Kodim 0612 Tasikmalaya: potensi kolaborasi barak militer.
  • Pemerintah daerah (kelurahan/kecamatan): melakukan pembinaan rutin dan pengawasan lokal.

Apabila regulasi sudah utuh, tugas selanjutnya adalah menyosialisasikannya lebih luas—termasuk pembekalan untuk orang tua dan penyebaran imbauan lewat media massa hingga acara sekolah.

Perspektif Kearifan Lokal & Religius

Menuju pengesahan, pemerintah merujuk pada kearifan lokal: larangan “keluar malam setelah maghrib” yang disebut sebagai upaya melindungi diri dari hal-hal yang tak terlihat (makhluk halus). Pendekatan ini meluas ke tradisi religius masyarakat Tasikmalaya, menekankan bahwa kedisiplinan perlu selaras dengan nilai budaya.

Prediksi dan Harapan di Masa Depan

Andai kebijakan ini resmi diberlakukan, kita bisa menyaksikan transisi ke budaya disiplin yang lebih kuat, dengan kontrol budaya dan sosial yang matang. Pelajar akan belajar menghormati waktu, dan masyarakat pun merasakan manfaat: keamanan meningkat, tatanan komunitas makin kokoh, dan rasa kebersamaan tertanam dalam keseharian.

See also  Wahana ASROD di Ciawi Tasikmalaya Viral di Media Sosial, Hadirkan Sensasi Permainan Tradisional yang Bawa Nostalgia Masa Kecil

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *